Perbedaan adalah nikmat, sebuah kata yang gampang ketika di
ucapkan tapi sangatlah berat untuk menjalankannya dalam kehidupan kita. Kehidupan
yang selalu dan selalu mengalir perbedaan-perbedaan baik itu dari aspek sosial,
politik, tradisi, budaya, bahkan yang sangat banyak mengambil perhatian di
negara kita ini adalah perbedaan dalam ranah kepercayaan (agama), lebih
runcingnya lagiadalah perbedaan yang timbul dari satu akar agama.
Islam misalnya, dalam islam di kenal sebuah hadis yang
menjelaskan tentang munculnya aliran aliran yang kemudian dalam aliran-aliran
tersebut akan ada satu aliran yang itu akan selamat kelak di akhirat (surga). Dalam
pengkajiannya, hadis ini menimbulkannya banyak sekali interpretasi-interpretasi
dari berbagai tokoh yang kemudian
meng-klaim masing-masing golongannya sebagai aliran yang akan selamat.
Dari sikap “klaim” yang di umbar-umbarkan inilah kemudian
timbul banyak permasalahan-permasalahan dalam lingkup sosial, termasuk juga di
indonesia yang notabene penduduknya beragama islam.
Permasalahan yang masih dalam kategori up to date di negara
kita saat ini adalah kontrovesi di tolakkah atau tidak, syiah di indonesia?. Syiah
yang sudah mulai melebarkan sayapnya di
beberapa daerah di indonesia menuai banyak sekali kecaman dari berbagai pihak
yang mengnggapnya sebagai aliran sesat. Akan tetapi, di tengah maraknya suara
klaim kesesatan syiah, kaum elit pemerintahan seakan-akan tidak punya ketegasan
dalam menyelesaikan masalah ini. Apakah syiah harus di buang dari bumi
indonesia ataukah tidak.
Ini hanyalah pengantar...
Ini hanyalah catatan kecil setelah saya mendengarkan cak NUN
(emha ainun najib) berbicara pada forum dialog publik; haruskah syiah di tolak?
yang di selenggarakan di IAIN sunan
ampel.
Pedulikah anda dengan permasalahan bangsa ini?
Mari selesaikan bersama.